Senin, 04 Agustus 2025

Upaya Meledakkan Jembatan Kertosono, Invasi Jepang di Jawa Timur Maret 1942


Upaya Meledakkan Jembatan Kertosono, Invasi Jepang di Jawa Timur Maret 1942

Pada malam tanggal 4 Maret 1942 pukul 20.30, setelah membangun jembatan darurat melintasi Sungai Solo di dekat Tjepoe (Cepu), kekuatan utama Divisi ke-48 Tentara Kekaisaran Jepang mulai bergerak ke arah timur, menuju tepi timur Sungai Brantas.

Gerak maju ini berlanjut tanpa henti sepanjang malam hingga keesokan harinya. Tanggal 5 Maret 1942, pasukan Jepang secara sistematis menghancurkan sisa-sisa perlawanan militer Hindia Belanda di sejumlah kota penting di jalur tengah Pulau Jawa:

-Ngawi
-Tjaroeban (Caruban)
-Ngandjoek (Nganjuk)
-Kertosono
-Kediri
-Djombang (Jombang)

Kemenangan beruntun ini menunjukkan strategi serangan kilat yang sangat terorganisir dan tak memberi waktu musuh untuk menyusun pertahanan ulang.

Upaya Gagal Menghancurkan Jembatan Kertosono

Sebelum mundur, pasukan Hindia Belanda sempat berusaha menghancurkan jembatan strategis di Kertosono, namun hanya berhasil menenggelamkan sebagian jembatan sekitar 30–60 cm di bawah permukaan. Jembatan tersebut masih dapat dilewati pasukan Jepang, sehingga mereka bisa melanjutkan gerak maju dengan cepat.

Penaklukan Mojokerto dan Langkah Intelijen

Pada siang hari tanggal 6 Maret, Unit Imai telah mencapai dan menduduki Modjokerto (Mojokerto).

Laporan intelijen Jepang menyebutkan bahwa pada 5 Maret, menyadari arah serangan Jepang yang mulai membelok ke selatan, komandan pasukan Sekutu memerintahkan pasukan yang berada di sekitar Babad untuk segera bergerak menuju Mojokerto. Di sana mereka diperintahkan untuk menimbun amunisi dalam jumlah besar, cukup untuk menyuplai satu divisi selama beberapa hari. Ini menunjukkan upaya untuk mengonsolidasikan pertahanan terakhir di wilayah tengah timur Jawa.

Namun, informasi yang diterima pada pukul 16.00 tanggal 6 Maret menunjukkan bahwa pasukan musuh justru mundur ke arah Soerabaja (Surabaya). Laporan tambahan juga menyebutkan bahwa tidak ada konsentrasi kekuatan besar di wilayah Malang, mengindikasikan kerapuhan pertahanan musuh di sisi selatan.

Perintah Penghancuran Total Musuh di Selatan Surabaya

Menanggapi hal ini, komandan Divisi ke-48 segera mengubah strateginya. Ia mengeluarkan perintah eksplisit kepada seluruh unitnya untuk segera mencari, menghadang, dan menghancurkan pasukan musuh yang tersisa di wilayah selatan Surabaya.

Sebelumnya, Unit Kitamura diperintahkan untuk bergerak dari Babad ke Surabaya melalui Lamongan, dengan perintah untuk menghindari kota Lamongan dari arah selatan dan langsung menuju Mojokerto. Namun, karena situasi mulai berkembang secara menguntungkan bagi Jepang, perintah baru segera dikeluarkan.

Penulis : John.

Sumber : Report Documentation The Invasion Of The Netherlands East Indies (1958) halaman 54.