Dalam suasana khidmat dan penuh warna tradisi, Klenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah jie hwie atau cee ui, sebuah acara anjangsana yang di kalangan umat Tionghoa dikenal sebagai reuni kiemsin. Momen bersejarah ini digelar pada Minggu, 10 Agustus 2025, menandai kembalinya persaudaraan “7 Klenteng Bersaudara” yang pernah berjaya di era 1960 - 1970-an.
Persaudaraan ini lahir dari semangat gotong royong dan kesetaraan antar rumah ibadah, melintasi batas wilayah demi mempererat tali silaturahmi. Kini, setelah puluhan tahun, semangat itu dihidupkan kembali di bawah payung kebersamaan yang sama.
Prosesi Sakral: Kiemsian Dewi Kwan Im Menghuni Tahta Baru
Puncak acara diwarnai prosesi kedatangan Kiemsian Dewi Kwan Im dari TITD Sri Kukus Redjo, Ungaran, Semarang, menuju altar di Klenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro. Patung suci yang diyakini membawa berkah ini diiringi musik barongsai yang ritmis, denting gong, dan tabuhan gendang, sebelum akhirnya resmi bertahta di altar khusus Dewi Kwan Im.
Prosesi ini bukan sekadar ritual, melainkan simbol penghormatan lintas klenteng dan penguatan ikatan spiritual antar umat.
Tujuh Klenteng Bersaudara
Persaudaraan yang kembali dipersatukan ini terdiri dari:
1. TITD Hok Yoe Kiong Nganjuk
2. TITD Sam Poo Sing Bio Surabaya
3. TITD Xiang You Hui Surabaya
4. TITD Tjong Hok Kiong Sidoarjo
5. TITD Kim Hin Kiong Gresik
6. TITD Kwan Sing Bio Tuban
7. TITD Kwan Im Tong Batu Malang
Selain klenteng besar, acara ini juga diramaikan kehadiran cetya atau tempat ibadah rumahan dari berbagai daerah, termasuk Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Bojonegoro, dan Nganjuk. Mereka turut serta dalam doa bersama sebagai inti dari pertemuan ini.
Makna dan Pesan dari Para Pemuka Umat
Ketua Klenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro, Roy Sugianto, menyampaikan rasa syukurnya.
“Acara ini sederhana namun sarat makna. Semua dikemas sesuai tema dan dihadiri pengurus klenteng serta cetya dari berbagai daerah. Ini sejarah baru bagi kami,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua TITD Hwie Tek Bio Semarang, Lie Vincent Ivan Haryanto, menjelaskan filosofi prosesi tersebut.
“Kehadiran Dewi Kwan Im dari TITD Sri Kukus Redjo Ungaran untuk bertahta di altar Klenteng Hok Yoe Kiong Sukomoro adalah simbol persaudaraan dan penghormatan antar tempat ibadah,” ungkapnya.
Momen Persatuan yang Diharapkan Terus Hidup
Acara yang berlangsung hingga sore hari ini ditutup dengan sembahyang bersama, memperkuat tekad untuk menjaga hubungan lintas wilayah, lintas klenteng, dan lintas generasi.
Bagi KOTASEJUK, momen ini bukan hanya catatan kegiatan keagamaan, tetapi juga bagian dari warisan budaya hidup (living heritage) yang membentuk identitas keberagaman di Nganjuk dan sekitarnya.
Dengan semangat “7 Klenteng Bersaudara” yang kembali menyala, Sukomoro telah menjadi saksi bahwa persatuan umat dapat tumbuh dari akar tradisi, menembus sekat jarak dan waktu.