Langkah Penting Menuju Konservasi dan Edukasi Geologi di Nganjuk
Bandung, 6 November 2025
Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh kehati-hatian, tim dari Dinas Porabudpar Kabupaten Nganjuk, Museum Anjuk Ladang, dan Komunitas Kotasejuk akhirnya berhasil mengantarkan fosil Stegodon hasil ekskavasi di Hutan Tritik, Rejoso, ke Museum Geologi Bandung.
Rombongan berangkat dari Nganjuk pada Rabu (5/11/2025) sore, menempuh perjalanan lebih dari 12 jam di tengah hujan deras dan medan yang berat. Kamis pagi pukul 05.00 WIB, tim tiba di Bandung dan disambut langsung oleh Ketua Tim Penyelidikan dan Konservasi Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, yang sebelumnya juga memimpin ekskavasi di Nganjuk.
Momen Bersejarah di Auditorium Museum Geologi
Prosesi serah terima fosil dilaksanakan di Auditorium Museum Geologi Bandung. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Museum Geologi, Isnu Hajar Sulistyawan, bersama jajaran tim konservasi dan edukasi. Dari pihak Nganjuk hadir Kabid Kebudayaan Disporabudpar sekaligus Ketua Kotasejuk, Amin Fuadi, beserta anggota komunitas Kotasejuk yang turut mendampingi pengiriman fosil.
Acara berlangsung khidmat dan penuh rasa haru. Kepala Museum Geologi, Isnu Hajar Sulistyawan, menyampaikan apresiasi tinggi atas kolaborasi yang terjalin antara lembaga pemerintah, museum daerah, dan komunitas lokal.
“Penemuan fosil Stegodon di Nganjuk bukan sekadar temuan arkeologi, tetapi juga kontribusi ilmiah untuk bangsa. Kami akan mendampingi proses konservasi dan membantu pengembangan site museum di Tritik,” ujar Isnu dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa program Site Museum menjadi salah satu agenda prioritas nasional di bidang geologi dan edukasi publik. Keberadaan site museum di Nganjuk diharapkan tidak hanya memperkuat upaya konservasi, tetapi juga membuka peluang pengembangan ekonomi lokal berbasis wisata edukatif.
Perjalanan Panjang, Penuh Kehati-hatian
Dari sisi Kotasejuk, perjalanan kali ini bukan hanya soal logistik, tetapi juga tanggung jawab moral untuk memastikan warisan bumi tetap terjaga. Ketua Kotasejuk, Amin Fuadi, dalam sambutannya mengungkapkan perjuangan tim selama proses pengiriman. “Kami berangkat sore hari dalam kondisi hujan deras. Kendaraan pengangkut fosil berjalan perlahan agar tidak menimbulkan kerusakan. Alhamdulillah, semua tiba dengan selamat,” tutur Amin.
Fosil yang dikirim merupakan hasil ekskavasi tahap kedua di Hutan Tritik, di mana sekitar 70 persen struktur tubuh Stegodon telah berhasil disingkap oleh tim gabungan. Setelah proses konservasi dan replikasi di Bandung, sebagian hasilnya akan kembali ke Nganjuk untuk menjadi koleksi utama Site Museum Stegodon Tritik yang kini sedang dalam tahap penyelesaian akhir.
Dari Tritik untuk Indonesia
Bagi Kotasejuk, keterlibatan dalam proses ini merupakan kehormatan sekaligus bukti nyata kontribusi komunitas dalam pelestarian geowarisan.
Selama ekskavasi, anggota Kotasejuk turut membantu dokumentasi, logistik, serta kegiatan penanaman pohon di sekitar lokasi fosil sebagai bentuk tanggung jawab ekologis. “Kami merasa bangga bisa ikut dalam langkah besar ini. Semoga kolaborasi ini menjadi pintu bagi kegiatan konservasi lain di masa depan,” ungkap salah satu anggota Kotasejuk yang ikut serta dalam perjalanan.
Kotasejuk menilai bahwa pengembangan Site Museum Tritik akan menjadi tonggak penting bagi Nganjuk dalam bidang konservasi, edukasi, dan pariwisata geologi. Selain sebagai sarana penelitian, museum ini diharapkan dapat memperkuat identitas daerah sebagai wilayah dengan potensi geologi yang luar biasa.
Harapan ke Depan
Dengan dukungan Museum Geologi Bandung dan Badan Geologi Indonesia, Kotasejuk berharap keberadaan Site Museum Stegodon Tritik dapat menjadi pusat pembelajaran masyarakat mengenai sejarah bumi, sekaligus wadah kreativitas bagi generasi muda Nganjuk untuk mengenal warisan alamnya sendiri. “Kami percaya, melestarikan fosil bukan hanya menjaga masa lalu, tapi juga menanam masa depan,” tutup Amin Fuadi.
Penulis: John
Dokumentasi Kegiatan
