Bagi Komunitas Pecinta Sejarah & Ekologi Nganjuk (Kotasejuk), peresmian Museum Site Tritik pada Kamis (18/12/2025) bukan sekadar pembukaan sebuah bangunan, tetapi penegasan bahwa kerja kolaboratif antara masyarakat dan negara mampu menghadirkan perlindungan nyata bagi warisan alam dan sejarah.
Sejak awal keterlibatan di kawasan Tritik, Kotasejuk melihat wilayah ini bukan hanya sebagai ruang temuan fosil, melainkan sebagai lanskap pengetahuan yang harus dijaga bersama. Proses penemuan hingga ekskavasi fosil kerangka gajah purba Stegodon trigonocephalus menjadi pengalaman penting yang memperlihatkan bahwa partisipasi komunitas memiliki peran strategis dalam mendukung penelitian ilmiah dan upaya konservasi.
Penghargaan yang diberikan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM dipandang Kotasejuk sebagai pengakuan atas semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian tinggalan geologi dan prasejarah. Namun lebih dari itu, penghargaan tersebut menjadi pengingat bahwa tanggung jawab menjaga situs Tritik tidak berhenti pada penemuan, melainkan berlanjut pada upaya edukasi dan perlindungan jangka panjang.
Kehadiran Museum Site Tritik membuka ruang baru bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk belajar langsung dari sumbernya. Narasi geologi dan prasejarah yang tersaji di dalam museum diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran bahwa kekayaan alam dan sejarah bukan untuk dieksploitasi, melainkan dipahami dan dilestarikan.
Kotasejuk memandang museum ini sebagai titik awal penguatan kesadaran kolektif. Sinergi antara komunitas, pemerintah daerah, pemerintah pusat, akademisi, dan media menjadi kunci agar Tritik tidak hanya dikenal sebagai lokasi temuan fosil, tetapi juga sebagai pusat edukasi, konservasi, dan inspirasi bagi pelestarian warisan alam dan sejarah di Nganjuk.
Penulis : John
Dokumentasi Kegiatan
