Kolaborasi Komunitas Lokal dalam Penyelamatan Warisan Geologi Nusantara
Ekskavasi fosil gajah purba Stegodon trigonochephalus di Hutan Tritik, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, menjadi salah satu kegiatan ilmiah penting yang mempertemukan unsur pemerintah, akademisi, dan masyarakat.
Dalam kegiatan ini, Komunitas Kotasejuk (Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk) berperan aktif sejak tahap awal penemuan hingga pendampingan teknis lapangan.
Kotasejuk terlibat sejak proses identifikasi awal lokasi yang memiliki potensi geologi tinggi. Berdasarkan hasil penelusuran ekologis yang dilakukan pada tahun 2024, komunitas ini menemukan indikasi keberadaan fragmen tulang besar di lapisan tanah endapan sungai purba kawasan Tritik.
Temuan tersebut kemudian dilaporkan secara resmi kepada Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan koordinasi bersama Museum Geologi Bandung dari Badan Geologi Kementerian ESDM.
Peran Komunitas dalam Kegiatan Ekskavasi
Selama kegiatan ekskavasi berlangsung selama sepuluh hari, anggota Kotasejuk berpartisipasi aktif di lapangan.
Mereka membantu menyiapkan akses menuju area ekskavasi, mendukung kegiatan dokumentasi ilmiah dan visual, serta ikut menjaga kondisi situs agar tetap aman dari gangguan eksternal.
Kehadiran Kotasejuk juga menjadi jembatan antara tim peneliti dan masyarakat lokal, terutama dalam memberikan pemahaman mengenai pentingnya pelestarian fosil dan situs prasejarah.
Selain itu, komunitas ini turut berperan dalam membantu proses pencatatan posisi dan fragmen fosil bersama petugas teknis di lapangan. Kegiatan dilakukan secara hati-hati mengingat sebagian fosil belum mengalami fosilisasi sempurna dan rentan terhadap kerusakan akibat paparan air hujan.
Kontribusi dalam Edukasi dan Pelestarian
Partisipasi Kotasejuk tidak hanya terbatas pada kegiatan ekskavasi, tetapi juga berlanjut pada bidang edukasi publik.
Komunitas ini mengembangkan materi visual dan video dokumenter untuk memperkenalkan nilai-nilai ilmiah dari penemuan fosil Stegodon trigonochephalus kepada masyarakat luas, melalui kanal informasi dan media sosial berbasis edukasi.
Langkah ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya pelestarian warisan geologi dan sejarah alam Nganjuk.
Melalui pendekatan komunitas, kegiatan pelestarian tidak hanya bersifat ilmiah, tetapi juga menjadi gerakan sosial yang melibatkan partisipasi warga.
Sinergi Menuju Museum Situs Tritik
Ke depan, Komunitas Kotasejuk akan tetap berperan dalam pendampingan konservasi fosil serta pembangunan Museum Situs Tritik yang saat ini tengah disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
Museum ini diharapkan menjadi pusat pembelajaran geologi dan arkeologi lokal, sekaligus simbol kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kekayaan ilmiah daerah.
Partisipasi Kotasejuk dalam kegiatan ekskavasi di Tritik menunjukkan bahwa pelestarian warisan budaya dan geologi dapat berjalan efektif melalui sinergi antara komunitas lokal, instansi pemerintah, dan lembaga penelitian nasional.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sejarah dapat menjadi fondasi utama dalam menjaga warisan ilmiah untuk generasi mendatang.
Komunitas Kotasejuk (Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk) merupakan organisasi masyarakat independen yang fokus pada penelitian, pendataan, dan pelestarian situs sejarah serta ekologi di wilayah Nganjuk dan sekitarnya.
Melalui kegiatan eksplorasi, edukasi, dan dokumentasi, Kotasejuk berupaya memperkuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga warisan sejarah dan lingkungan sebagai bagian dari identitas daerah.
(John)
