Minggu, 26 Oktober 2025

KOTASEJUK DALAM PAMERAN PERADABAN PRASEJARAH NUSANTARA 2025

Museum Anjuk Ladang, Nganjuk | 23–25 Oktober 2025

Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk) turut ambil bagian dalam Pameran Peradaban Prasejarah Nusantara 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk di Museum Anjuk Ladang pada tanggal 23–25 Oktober 2025.

Partisipasi Kotasejuk dalam kegiatan ini menjadi bentuk kontribusi nyata komunitas lokal dalam mendukung pelestarian warisan sejarah dan kebudayaan prasejarah di wilayah Nganjuk. Melalui pameran ini, Kotasejuk menampilkan berbagai dokumentasi lapangan dan temuan hasil penelitian bersama lembaga profesional di bidang arkeologi dan geologi.

1. Dokumentasi Ekskavasi Fosil Gajah Purba Stegodon

Dalam stan pameran, Kotasejuk menampilkan foto-foto kegiatan ekskavasi fosil Gajah Purba jenis Stegodon trigonochephalus yang dilakukan bersama Tim Museum Geologi Bandung dan Disporabudpar Nganjuk di kawasan Hutan Tritik, Kecamatan Rejoso.

Pengunjung juga dapat melihat visualisasi ilmiah perbandingan antara Gajah Modern dan Stegodon, serta peta sebaran lokasi survei arkeologi di wilayah Rejoso dan sekitarnya. Tidak ketinggalan, panel infografis tentang evolusi gajah di Nusantara menjadi daya tarik tersendiri bagi pelajar dan pemerhati ilmu prasejarah yang hadir.

2. Peninjauan Budaya Megalitikum di Gunung Pandan

Selain ekskavasi, Kotasejuk juga menampilkan hasil peninjauan situs-situs megalitikum di kawasan Gunung Pandan, yang terletak di perbatasan Kecamatan Rejoso.

Dalam dokumentasi tersebut, terlihat berbagai tinggalan arkeologis, antara lain:

Bak mandi batu andesit (sarkofagus),
Menhir berelief manusia kangkang,
Menhir terbesar di Nganjuk yang berada di Banaran Kulon,
Menhir Punden Joko Dolog, dan
Menhir berukir kepala ular.

Seluruh objek ini ditemukan di kawasan hutan Tritik, yang diyakini menjadi salah satu situs penting masa prasejarah di lereng Gunung Pandan, bagian dari Pegunungan Kendeng Utara.

3. Temuan Fosil dan Cagar Budaya Prasejarah di Pegunungan Kendeng

Pameran Kotasejuk juga menampilkan foto-foto peninjauan objek diduga cagar budaya prasejarah di kawasan Pegunungan Kendeng.

Temuan tersebut mencakup fosil-fosil kerang laut yang tersebar hampir di seluruh wilayah Dusun Lengkong Geneng, Pule, dan Jatikalen, menunjukkan indikasi geologis bahwa kawasan ini dulunya merupakan dasar laut purba.

Selain itu, pengunjung dapat menyaksikan dokumentasi proses eksplorasi dan ekskavasi fosil binatang darat di kawasan hutan Tritik, termasuk fosil gading Gajah Purba (Stegodon) yang diekskavasi bersama Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

Kotasejuk turut menampilkan tahapan pengangkatan fosil gading dari lokasi ekskavasi hingga proses konservasi awal, yang menggambarkan sinergi antara komunitas lokal dan lembaga nasional dalam upaya pelestarian benda cagar budaya.

4. Koleksi Fosil Asli

Sebagai pelengkap, Kotasejuk juga memamerkan sejumlah fosil asli hasil temuan lapangan, di antaranya:

Fosil kerang laut purba,
Gigi Stegodon, dan
Fosil Bovidae (kelompok hewan pemamah biak).

Ketiga jenis fosil tersebut menjadi bukti nyata bahwa wilayah Nganjuk menyimpan potensi geologi dan arkeologi yang sangat kaya, mencerminkan lapisan kehidupan masa lampau dari era prasejarah hingga zaman hewan besar (megafauna).

5. Semangat Pelestarian dan Edukasi Publik

Melalui keikutsertaan dalam Pameran Peradaban Prasejarah Nusantara 2025, Kotasejuk tidak hanya memperkenalkan hasil penelusuran dan penelitian lapangan, tetapi juga mengajak masyarakat luas untuk mengenal, menghargai, dan melestarikan warisan sejarah serta ekologi bumi Nganjuk.

Kotasejuk berkomitmen terus bergerak sebagai komunitas independen yang berperan aktif dalam riset, edukasi publik, dan konservasi peninggalan budaya, dengan semangat "Cinta Sejarah, Cinta Alam, Cinta Nganjuk."

Refleksi: Jejak di Tanah Leluhur, Cahaya bagi Generasi Mendatang

Partisipasi Kotasejuk dalam Pameran Peradaban Prasejarah Nusantara 2025 bukan sekadar ajang menampilkan hasil penelusuran dan penelitian, tetapi juga menjadi wujud nyata kecintaan terhadap tanah leluhur. Setiap batu, fosil, dan artefak yang diungkap dari bumi Nganjuk bukan hanya benda mati, melainkan saksi bisu perjalanan panjang manusia dan alam yang membentuk peradaban di tanah ini.

Bagi Kotasejuk, melestarikan warisan prasejarah bukan tugas sementara, ini adalah panggilan nurani dan tanggung jawab moral untuk menjaga warisan yang dititipkan oleh masa lalu kepada generasi masa depan.

Di tengah keterbatasan dan tanpa dukungan besar, Kotasejuk tetap bergerak dengan keyakinan bahwa sejarah dan ekologi adalah dua napas yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dari lembah Kendeng hingga hutan Tritik, dari situs megalitik hingga jejak gading purba, komunitas ini terus menapaki jalan sunyi, jalan pelestarian, penelitian, dan pendidikan yang tumbuh dari hati rakyat Nganjuk sendiri.

"Hijau Bumiku, Lestari Sejarah dan Cagar Budayaku"

(john)

Dokumentasi kegiatan :