Jumat, 20 Juni 2025

FILM DETEKTOR

Film lokal ini bentuk kreatifitas atas keresahan kalangan pecinta sejarah dan budaya karena banyaknya objek cagar budaya yang rusak akibat penjarahan orang tidak bertanggung jawab.

Film ini mengangkat kisah dua sahabat yang nekat berburu benda-benda kuno di hutan demi mengubah nasib hidup yang terhimpit ekonomi.

Disutradarai oleh Sukadi sekaligus penulis naskah, Detektor diproduksi oleh komunitas pegiat sejarah dan ekologi KOTASEJUK. Film ini tak hanya menawarkan petualangan fisik menembus hutan dan medan terjal, tetapi juga petualangan batin para tokohnya—terutama Nino, seorang ayah pengangguran yang terdesak kebutuhan hidup.

Alih-alih menemukan harta karun seperti yang diimpikan, pencarian tersebut justru membawa mereka pada kenyataan yang lebih besar: pentingnya menjaga warisan budaya dan alam. Sepanjang perjalanan, penonton diajak merenungkan makna keserakahan, persahabatan, dan tanggung jawab terhadap sejarah.

Produksi film ini jauh dari kata mudah. Johnarief, editor sekaligus astrada dan kameramen, mengungkapkan tantangan berat selama proses penggarapan.

“Film ini diproduksi dengan peralatan yang super minim, hanya menggunakan tiga kamera dengan resolusi dan ekstensi berbeda. Tingkat kesulitannya luar biasa saat proses editing, apalagi semua diedit hanya lewat HP,” ungkapnya.

Sementara itu, Amin Fuadi, Ketua KOTASEJUK sekaligus salah satu kru lapangan, menyatakan bahwa Detektor merupakan tonggak sejarah pertama bagi komunitasnya.

“Ini pertama kalinya film diproduksi penuh oleh Kotasejuk sendiri. Dari pemeran, kameramen, semua merangkap tugas. Sutradara juga jadi pemain, kameramen, bahkan saya sendiri ambil gambar dan sampai lupa kalau ternyata ada adegan yang nggak terekam,” ujarnya sambil tertawa.

Meski menyadari film ini jauh dari kata sempurna, Amin menegaskan bahwa KOTASEJUK tetap bangga dan optimistis.

“Kami bertekad mengirimkan karya nekad ini ke Kementerian Kebudayaan, sebagai bentuk kontribusi kami dalam melestarikan sejarah dan budaya, meskipun masih banyak yang perlu dikoreksi dan diperbaiki kedepan,” tambahnya.

Film Detektor tayang perdana di kanal YouTube AG CYBER TV sebagai media edukasi dan apresiasi terhadap pelestarian warisan budaya, sebelum dipublikasi film ini ditonton bersama di Museum Anjuk Ladang Nganjuk pada Kamis malam (19/6).

Dengan sinematografi yang natural, naskah kuat, dan pesan moral yang mendalam, Detektor menjadi film lokal penuh semangat gotong royong yang patut diapresiasi.

Penulis : John